Foto Bersama Dosen UIN Walisongo dan Unika Soegijapranata |
Rumahkabar.com-Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi penduduk di seluruh negara. Sekitar 30% dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia hilang atau terbuang pada proses panen dan proses konsumsi atau dikenal sebagai kehilangan makanan dan limbah FLW (Food Loss and Waste). Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi Kolaborasi Pengabdian Dosen UIN Walisongo Semarang dan UNIKA Soegijapranata mengadakan Pelatihan Pembuatan Sabun Organik dari Sampah Organnik Rumah Tangga.
Tim Pengabdian dari Jurusan Kimia (Prodi Kimia dan Prodi
Pendidikan Kimia) UIN Walisongo Semarang terdiri dari Teguh Wibowo, M.Pd dan
Mutista Hafshah, M.Si, sedangkan tim dari Prodi Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan
UNIKA Soegijapranata dikoordinatori oleh Amrizarois Ismail, M.Ling. Kegiatan
yang dilaksanakan di TPST Sido Rahayu Sodong Kecamatan Mijen juga melibatkan
mahasiswa kedua perguruan tinggi sebagai wahana pengabdian kepada masyarakat.
Teguh menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan membekali
masyarakat untuk mampu mengolah sampah organik rumah tangga yang selama ini
tidak tersentuh.
“Selama ini sampah rumah tangga yang sering diolah adalah
berupa plastik bungkus makanan, botol minuman maupun kaleng. Sampah sayuran dan
buah sering dibuang begitu saja. Padahal dari segi manfaat sangat banyak
sekali” tambahnya.
Pelatihan ini dilakukan secara berkelanjutan, diawali dengan
Pelatihan Pembuatan Garbage Enzyme dari bahan sampah organik rumah tangga.
Kemudian sekitar 3 bulan berikutnya diadakan kegiatan pelatihan pembuatan sabun
pada tanggal 29 Oktober 2022. Kegiatan dibuat jeda 3 bulan, karena pembuatan
garbage enzyme membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Selama jeda kegiatan
tersebut, dilakukan pemantauan garbage enzyme yang sudah dibuat pada pelatihan
sebelumnya.
Pembuatan Garbage enzyme cukup sederhana. Bahan yang
digunakan adalah sampah organik (sayuran atau buah), air dan molase (sebagai
sumber glukosa). Berdasarkan penelitian, Garbage enzyme bermanfaat sebagai
antiseptik, pupuk tanaman, cairan pembersih, dan pengusir hama. Bahkan sisa
sampah organik yang telah terfermentasi bisa digunakan untuk membantu
mempercepat proses pembuatan Garbage enzyme selanjutnya, membantu proses
penguaraian di dalam septitank, dan kompos.
Amrizarois menjelaskan bahwa dibutuhkan pendampingan
langsung oleh para akademisi (dosen) untuk ikut serta membangun peradaban yang
ada di masyarakat.
“Perguruan Tinggi juga harus kolaborasi untuk memberikan
sumbangsih keilmuan kepada masyarakat guna meningkatkan kualitas masyarakat
Indonesia” ujar pria yang juga sebagai Direktur Griya Riset Indonesia ini.
Mujiati selaku Ketua TPST Sido Rahayu menyampaikan bahwa
kegiatan ini sangat dibutuhkan masyarakat seperti komunitas pengolahan limbah
yang ada di daerah-daerah. Harapannya kegiatan seperti ini dapat dilakukan
secara berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar Anda